Oleh:
Rafi’udin
Dalam hijrah manusia, banyak sekali rintangan yang selalu
dihadapi oleh setiap insan yang menjalaninya. Layaknya cuaca yang setiap
harinya tak pernah panas dan juga tak pernah mendung. Kadang bunga indah karena
musim mekarnya begitupula wangi yang disebarnya, suatu hari ia pun akan melayu
dan membusuk baunya. Begitupun mega merah yang datang di setiap pagi hilang
ditelan oleh siang dan kembali pada sore hari dan kemudian di tutup oleh tirai
malam.
Sesuatu yang disebut cinta
pun seperti itu, pernah ku dengar orang berkata, “attraction is an accident,
but falling in love is a decision” cinta itu sebuah keputusan. Keputusan yang
memang haruus di ambil oleh pelaku, termasuk
diriku ini.
Kasih sayang itu berawal
dari sebuah pertemuan yang tak di harapkan. Memang begitulah kasih sayang-tak
pernah disangka datangnya dan tak pernah di kira kapan perginya-. Banyak para
ahli yang selalu menafsirkan cinta dan kasih sayang. Akan tetapi kebanyakan
dari mereka salah besar dengan apa yang ku alami di dunia ini bersamanya.
Dulu, pertemuan itu
menjadi hal yang menyenangkan bagiku dan dirinya. Menjadi hal yang sangat rutin
kami lakukan ketika selalu bercanda tawa dan bersuka ria dengannya meskipun
hanya via media. Hal itu bukan menjadi penghalang bagi kami berdua. Segala
menjadi indah ketika suara kita bersua.
Jarak bukanlah halangan
bagi kami. Hal itu malah menjadi sebuah
ujian bagi kami yang mana jika kami lulus menghadapinya, kami akan mendapatkan
hadiah yang tak terbayangkan. Hadiah yang kadang membuat kami terkekeh akan
keluguan satu sama lain. Via suara dan
pesan singkat adalah suatu keharusan yang kami lakukan setiap mengisi
kekosongan masing-masing. Bukan karena ini masa-masa SMA yang sesungguhnya kami
belum rasakan. Akan tetapi ini adalah sebuah kasih sayang yang tak pernah kami
harapkan. Ia datang sendiri kepada kami. Tak pernah diundang dan tak pernah
kami ajak tuk datang meski hanya untuk bersinggah dalam hati kami berdua. Semua
itu tidak kami sangka dan tidak kami duga. Layaknya mimpi, datang tak pernah
diharapkan kadang indah dan kadang buruk.
Tiba suatu masa di mana diriku memulai untuk
memutuskan untuk menyatakan kasih sayang itu. Masa di mana banyak keraguan
dalam hidupku akan keputusan ini dan masa di mana aku harus siap akan apapun
yang terjadi dari keputusan yang aku buat ini nantinya.
Gugup menerjang hati dan
tubuhku, panas dingin kurasakan, basah dingin tapi panas berkobar dalam hati
dan kepala ini ingin mengatur kata-kata yang ingin aku ucapkan. Serasa dunia
ini hanya ada aku dan dirinya saja. Malu, senang dan takut bercampur aduk dalam
benakku. Di atas kursi itu serasa berada di
atas puncak suatu jurang yang sangat tinggi. Tak ada yang ingin
menolong. Semua berada dalam keputusanku antara melompat atau tetap diam. Tak
ada yang tahu apa yang ada di bawah jurang itu. Air kah atau bebatuan tajam?
Meskipun aku diam, akan ada angin besar
nantinya yang malah akan membuat diriku tambah jauh dari tempat jatuhku dan ini
akan lebih membuat sakit kepadaku.
Setidaknya jurang yang
kupilih sudah menjadi jurang tujuanku entah aku berakhir disitu atau masih
berlanjut. Dan akhirnya kupilih melompat kedalam jurang cinta yang tak pernah
ku tahu apa isi dari ujung jurang itu. Sebuah keputusan yang memang berat ku
lakukan. Desahan nafsu yang tak bisa ku bendung. Rontaan syahwat yang tidak
bisa ku tahan. Semua itu aku lepaskan dalam satu langkah yang nantinya
benar-benar tak bisa ku ulangi lagi. Luka yang aku pikirkan sudah membayang
dalam pikiran dan hatiku jika nantinya jurang itu adalah tempat terakhirku. Tak
bisa maju dan mundur sekalipun.
Begitulah resiko yang
harus kuhadapi dengan keputusan dan aku menyadari akan hal ini. Meski
sebenarnnya cinta yang sejati belum aku ungkapkan dalam suatu ikatan agama dan
negara yang sah. Tapi nafsu dan syahwat itulah yang tidak bisa aku tahan dan
bendung dalam sanubari ini.
Perang lah batin ini
dengan kehendak nafsu dan amarah untuk membuat suatu keputusan yang memang
dikala itu harus aku buat dan nyatakan kepadanya. Rasanya memang mudah dan tak
lama, akan tetapi hal yang selalu kupikirkan adalah kedepannya. Banyak hal yang
sudah aku perkiraan. Apakah benar atau tidak, segala apa yang kupirkirkan
dikala itu adalah setiap resiko yang
memang akan menimpaku dan dirinya terutama dalam hubungan kita berdua.
Sebagian orang berkata bahwa sebagian sugesti yang ada dalam
pikiran kita adalah salah satu sebab yang tak pernah manusia sangka akan menjadi sesuatu yang nyata. Dan mungkin
sekarang aku bisa berasumsi bahwa hal demikian benar adanya.
Mungkin hal ini sudah
menjadi teguran untukku akan keputusan yang aku ambil. Bisa jadi sebuah
hukumanku akan keputusan ini. Keputusan yang belum bisa membuat akhir yang baik
untuk hubungan kita berdua. Tapi sebagai lelaki dan kodrat bahwa lelaki memang
seharusnya menjadi seorang yang bertanggung jawab atas apa yang ia putuskan
akan sebuah pilihan. Hal itu lah yang
membulatkan tekadku akan terus memantapkan diri untuk benar-benar menyatakan
hakikat cinta suci insan manusia, hakikat janji berdua dari pasangan manusia
laki-laki dan wanita.
***-------***
Waktu terus berjalan, bumi
terus berputar, tak terasa waktu kini kian cepat dan lebih cepat. Sudah tak
terasa 365 hari kami lalui. Sudah semakin banyak rintangan yang memang aku
sudah rasakan selama setahun ini. Sedih, senang, marah dan cempuru dan apalah
yang menurut orang bijak katakana bahwa itu adalah sebuah bumbu kehidupan.
Hambar rasanya bila tak ada bumbu itu. Pelanggan yang baik tak akan pernah
berganti koki. Akan tetapi, seorang koki lah yang akan selalu memberikan
variasi makanan yang berbeda-beda kepada pelanggannya. Begitulah aku
mengiterpretasikan sebuah kesetiaan. Tak pernah ada hasrat ingin berpindah
hati. Malah sebaliknya, hati kitalah yang seharusnya semakin mantab akan
variasi kehidupan ini.
Sampai ada suatu takdir
yang datang membawa kami tenggelam akan kesedihan, tak hanya kita berdua, orang-orang
yang sangat di antara kami pun merasakan kesedihan dan kekhawatiran itu.
Berhari-hari, berminggu-minggu pula kami larut akan kesedihan akan takdir yang
datang kali ini. Tapi aku tak mengerti hingga kini, apakah takdir ini memang
membuatku semakin kemah atau membuatnya semakin kuat? Pertanyaan yang tak
pernah bisa kujawab sendiri. Ingin rasanya batasan ini aku hancurkan. Jarak,
waktu dan keadaan ingin aku tending. Tapi apa daya aku ini. Takdir ini semakin
membuatku lemah. Hati ini menjadi lemah tak segarang seekor macan yang tengah
kelaparan. Sebesar apapun rintangannya, tetap akan ku terjang. Untukku…, tidak
hari ini.
Canda dan tawa serta
hiburan semata via media itu, kini sudah tak semerbak dulu. Kini ku tak pernah
tahu, tak pernah bertanya; apa yang sedang dia kerjakan?, apakah dia sudah
makan?, ataupun hanya ingin mendengar keluh kesahya. Semua itu sudah menjadi abu sisa kayu terbakar. Hanya
menunggu angin besar tuk menghapusnya dari hati yang sudah tetutup ini. Meskipun
aku tak pernah berharap untuk terbuka lagi.
Aku pernah mendengar
sebuah kata yang begitu sulit dipahami. Kata itu berbunyi; “perang terbesar
adalah perang melawan hawa nafsu sendiri”. Mungkin seorang komandan tentara
akan tertawa dan terkekeh akan perkataan ini begitupun serdadunya. Tapi manusia
siapa yang tahu isi hati orang lain? Kalau bukan dirinya dan Tuhannya. Sekuat
apapun orang itu,takkan pernah kuat di depan orang yang disayanginya.
Kini benar ku alami, kini
benar ku rasakan, dan kini benar aku lakukan bahwasanya sekarang aku harus
benar-benar menjaga hati ini untuk hanya untuk-Nya. Tak bisa bisa kubergantung
kepada manusia, tak bisa ku berharap lebih kepada manusia, karena kebergantungan
dan harapan kepada manusia hanya sebatas ke fanaan saja. Kebergantungan dan
harapan yang sebenar-benarnya adalah kepada Tuhan yang maha abadi.
Disinilah aku, di
pelabuhan baru yang tak pernah ku kunjungi sebelumnya. Pelabuhan yang
kuberharap semuanya akan datang kesini dan memang benar adanya. Semua ciptaan yang
ada di dunia ini, terlebih manusia. Semua akan berkumpul disini. Entah
melakukan apa? Yang penting disini adalah akhir dari perjalanan manusia selama
hidupnya. Bertemu dengan kekasihnya yang sesungguhnya. Kekasih yang takkan
pernah pergi, selalu bersama dan selalu memberikan kasih saying yang tak pernah
ada duanya.
19-Mei-2016
Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar